Sabtu, 31 Desember 2011

thinking of you

Posted by Picasa

EYD vs "aL4Y


Suatu kali saya menanggapi fesbuk, istilah gaul bagi facebook, seorang teman yang juga senior saya di kampus. Teman itu kemudian membalas dengan menuliskan kode D. Serta-merta ”D” saya artikan sebagai diam. Saya merasa sakit hati. Ketika itu saya terbilang orang baru di lingkungan media jejaring sosial, jadi belum paham benar maksud kode-kode yang digunakan.
Sejak itu, tiap kali membuka fesbuk, saya agak cemas bila ”bertemu” dengan teman itu. Lama-lama saya sadar, ternyata banyak yang menggunakan kode D di ruang komentar. Saya tanya adik saya apa arti ”D”. Ternyata artinya: tertawa lebar.
Kehadiran ponsel dan media jejaring sosial—fesbuk dan twitter—harus diakui telah ikut mendorong munculnya ragam bahasa tersendiri. Istilah populernya bahasa alay, akronim dari anak lebay, yakni bahasa tulis berupa campuran bahasa gaul lisan, bahasa asing khususnya Inggris, singkatan, kode, angka, dan visualisasi. Bahasa ini berkembang di kalangan remaja, namun dalam pergaulan media jejaring sosial juga digunakan orang dewasa bahkan lansia. Semakin lama bahasa ini kian berkembang sehingga seorang dewasa yang telat memiliki akun, seperti saya, perlu waktu adaptasi sebentar. Bahasa alay pada dasarnya memanfaatkan bahasa prokem anak muda Ibu Kota, ragam bahasa yang berkembang di akhir 1980-an, dan kemudian jadi ragam bahasa media jejaring sosial yang khas. Dalam pergaulan media jejaring sosial, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar malah membuat orang tampak aneh, kaku, dan lucu.
Di sini saya tak hendak menganalisis faktor penyebab pemunculan bahasa alay, apalagi mengangkat contoh kasus demi kasus yang bertaburan di media jejaring sosial. Tentu saya ikut prihatin karena bahasa alay banyak digunakan kalangan remaja, kelompok usia yang masih harus belajar disiplin berbahasa. Menurut data Kemenkominfo, pengakses internet terbanyak adalah remaja, mencapai 64 persen. Indonesia berada di peringkat tiga dunia sebagai pengguna media jejaring sosial (26 juta), setelah Amerika Serikat (130 juta) dan Inggris (28 juta). Bayangkan, 26 juta dari 234,2 juta penduduk Indonesia (Data BPS 2010) menggunakan bahasa alay, kendati frekuensi penggunaannya terbanyak di kalangan remaja. Bisa disimpulkan, selama media jejaring sosial dan SMS ponsel digunakan, bahasa alay akan terus berkembang.
Prinsip bahasa alay sederhana: yang penting teman-teman menangkap pesan yang disampaikan. Meski bahasa prokem juga tak seragam karena tergantung kepada daerah, misalnya bahasa prokem Tegal, masih ada aturan tak tertulis dalam penggunaannya. Penggunaan partikel untuk menekankan emosi tertentu (deh, nih, dong, sih) dan sisipan (-ok- pada bapak menjadi bokap, pada nyak jadi nyokap) masih bisa ditelusuri.
Dalam bahasa alay, orang bebas menyingkat bahasa resmi, Indonesia maupun Inggris, menambah unsur visual, angka, tanda, dan kode. Biasanya dalam menyingkat kata, unsur vokal dihilangkan, dan tatkala semua kata disingkat, teman harus paham. Tahu sama tahu.
Beberapa contoh bahasa alay: ”Aq ke rmhx hr ni” (aku pergi ke rumahnya sore hari ini), ”mkcih, ya” (terima kasih, ya), ”otw ke rmh” (on the way ke rumah), ”gapapa” (tidak apa-apa), ”))” (kode untuk senyum, sering ditulis pada akhir komentar, misalnya ”I luph u:))”), ”P” atau ”Piiis” (peace artinya ”damai, jangan marah, dong”). Masih banyak lagi.
Kesimpulan apakah yang bisa dipetik dari bahasa alay? Pemeo ”bahasa menunjukkan bangsa” tampaknya tak lagi berlaku, digeser pemeo ”bahasa menunjukkan media”.

Tidak semua anak muda pengguna bahasa "Alay"


A : N4nt1 50re ud 4d4 4cr4 g4? B : Gk, ‘loM 4d4, knp? A : M0 Nnt0n sm W 94k? B : Bwleh, y03ks.. :-))
Yang Anda lihat di atas sama sekali bukan kode bahasa rahasia intelijen. Tapi sekadar gaya bahasa tulis yang sedang populer di kalangan anak muda sekarang ini. Gaya bahasa ini mudah Anda jumpai di SMS yang ada di handphone mereka, atau pada status dan wall Facebook anak-anak muda.
Mungkin Anda akan langsung merasa sebal atau malah pusing membacanya. Namun, jika sudah bisa menebak artinya, Anda jangan keburu senang dulu. Sebab tidak selamanya Anda langsung bisa paham maksudnya.
Persoalannya, tidak ada kaidah tetap untuk bahasa-bahasa ini. Satu-satunya aturan adalah justru ketidakaturan itu sendiri. Jangan dibahas apa rumusnya “gue” bisa menjadi: gw, W, atau malah G saja. Belum lagi untuk menyatakan ekspresi, kemungkinannya semakin tidak terbatas. Contohnya untuk tertawa, jika Anda hanya mengenal hehehe… atau he3x, sekarang ada wkwkwk, xixixi, haghaghag, dan sebagainya. Jangan bayangkan pula bagaimana ini mau diucapkan secara lisan, karena untunglah ini hanya bahasa tulis.
Awal mula kemunculan bahasa rumit ini tak lepas dari perkembangan SMS atau layanan pesan singkat. Namanya pesan singkat, maka menulisnya jadi serba singkat, agar pesan yang panjang bisa terkirim hanya dengan sekali SMS. Selain itu juga agar tidak terlalu lama mengetik dengan tombol handphone yang terbatas. Awalnya memang hanya serba menyingkat. Kemudian huruf-huruf mulai diganti dengan angka, atau diganti dengan huruf lain yang jika dibaca kurang lebih menghasilkan bunyi yang mirip.
Belakangan, bukannya disingkat malah dilebih-lebihkan, seperti “dulu” menjadi “duluw”. Ketika jejaring sosial lewat internet datang sebagai media baru yang mewabah, budaya menulis pesan singkat ini terbawa dan makin hidup di situ. Lambat laun ini menjadi semacam sub budaya dalam cara berkomunikasi anak muda yang kemudian disebut sebagai Anak Alay, dengan Bahasa Alay sebagaiintangible artefact-nya.
Ada sumber yang menyebutkan, alay ini berasal dari singkatan “anak layangan”, yang punya asosiasi pada anak muda tukang kelayapan, atau anak kampung yang berlagak mengikuti tren fashion dan musik. Ada lagi yag sekadar merujuk pada anak muda yang demi mendapatkan pengakuan di tengah lingkungan pergaulan akan melakukan apa saja, dari meniru gaya pakaian, gaya berfoto dengan muka yang sangat dibuat-buat, hingga cara menulis yang dibuat “sok” kreatif dan rumit seperti di atas.
Fenomena bahasa alay itu sendiri mengingatkan pada fenomena bahasa gaul yang hampir selalu ada pada setiap generasi anak muda. Bahasa-bahasa gaul yang tidak serta merta hilang terkubur dibawa peralihan generasi. Seperti “bokap” atau “nyokap”, jejak bahasa prokem yang tentu Anda masih sering dengar dalam bahasa percakapan saat ini.
Menengok lebih jauh lagi ke belakang, generasi eyang-eyang yang besar di kawasan segitiga Yogyakarta-Solo-Semarang era tahun empatpuluhan sampai limapuluhan pernah menciptakan apa yang mereka namakan bahasa rahasia, dengan menyisipkan “in” di antara huruf mati dan huruf hidup. Jadi jika ingin mengatakan “mambu wangi” (bau harum) akan menjadi “minambinu winangini”. Untuk yang advance, bahasa “in” ini dibuat lebih sulit lagi dengan memenggal bagian belakang. Sehingga “mambu wangi” cukup menjadi “minam winang”.
Di era delapanpuluhan, bahasa rahasia ini nyaris punah. Peninggalannya hanya tersisa pada bahasa lisan para eyang. Meski demikian melalui media radio sempat ada upaya reproduksi bahasa ini untuk penyebutan “cewek” jadi “cinewine”. Ingat? Di era delapanpuluhan ini yang lebih terkenal adalah bahasa prokem. Rumusnya adalah menyisipkan bunyi “ok” dan penghilangan suku kata terakhir. Seperti “bapak” jadi “bokap”. Dibandingkan bahasa rahasia Jawa, aturan atau rumus untuk bahasa “okem” ini lebih tidak beraturan lagi. Kaidahnya jadi irregular seperti “mobil” jadi “bo’il”, atau “dia” jadi “doi” atau “doski”, atau yang termasuk jauh, “makan” jadi “keme”. Jujur saja, Anda yang merasa senior pun masih menggunakan bahasa-bahasa ini untuk kalangan Anda sendiri bukan?
Di era sembilanpuluhan anak muda Yogyakarta membuat bahasa walikan, yaitu menukar huruf-huruf dalam urutan alfabet Hanacaraka. Rumusnya, ha-na-ca-ra-ka bertukar dengan pa-dha-ja-ya-nya, sementara da-ta-sa-wa-la bertukar dengan ma-ga-ba-tha-nga. Akibatnya, huruf “m” jadi “d”, huruf “t” jadi “g”. Contohnya, “matamu” menjadi “dagadu”, seperti merek industri kaos terkenal yang digemari anak muda di Yogya. Bahasa walikan ini awalnya muncul sebagai bahasa gaul di lingkungan kampus, sebagai respon terhadap masuknya pengaruh kultur baru yang dibawa para mahasiswa dari luar kota Yogyakarta.
Jika bahasa walikan adalah respon kultural anak muda terhadap perubahan yang datang dari luar, dan bahasa prokem punya konteks perlawanan anak muda urban kelas menengah terhadap hipokrisi orang dewasa, maka bahasa alay saat ini lebih mencerminkan kultur yang arbitrer, serba acak dan suka suka. Penyebabnya, teknologi komunikasi dan informasi dengan jejaring informasi betul-betul membuat dunia lebih datar, seolah-olah tiap individu bebas untuk mengusung produk budaya masing-masing. Sehingga de facto tidak ada aturan yang benar-benar dianut secara baku seperti tampak dari bentuk bahasa alay yang tidak beraturan itu. Buat Anda generasi dewasa jangan merasa tertinggal jika Anda tidak mampu mengejar istilah-istilah baru ini. Karena semakin dikejar, semakin banyak yang muncul lebih aneh lagi, sama banyak dengan yang tersisih karena dianggap lawas dan “jadul”.
74d1, 5l4m4t d4t4n9 d1 dun14 a1ay!
------------ Artikel ini ditulis berdasarkan analisa hasil riset sindikasi terhadap hampir 800 responden anak muda di 6 kota besar di Indonesia, SES A-B, Umur 16-35, yang dilakukan bulan Februari-Maret 2010 oleh MarkPlus Insight berkerjasama dengan Komunitas Marketeers.
Tulisan 43 dari 100 dalam rangka MarkPlus Conference 2011 “Grow With the Next Marketing” Jakarta, 16 Desember 2010, yang juga didukung oleh Kompas.com dan www.the-marketeers.com

Bahasa "Alay"


Seiring dengan majunya peradaban manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia, komunikasi menjadi salah satu penandanya. Berbagai cara manusia untuk berkomunikasi pada saat ini semakin canggih, yang didukung pula dengan penggunaan peralatan berteknologi mutakhir.
Dalam berkomunikasi, manusia memerlukan bahasa sebagai unsur penting. Sebab, dalam berbahasa itulah manusia bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya, yang kemudian diutarakan, antara lain, dalam wujud tulisan.
Di Indonesia, terdapat bermacam ragam bahasa daerah yang dipakai oleh masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu karena, memang, negara ini terdiri dari beraneka suku bangsa di seluruh wilayahnya.
Banyaknya jenis bahasa daerah itu sudah dikenal dan dipraktikkan oleh penduduk Indonesia sejak dulu kala, jauh sejak sebelum Indonesia merdeka sampai saat ini. Namun, sangat disayangkan, ternyata tidak semua generasi muda bangsa ini berminat untuk mempelajari, apalagi melestarikan, bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahkan, mereka cenderung menggunakan bahasanya sendiri, yang sepertinya lebih asyik digunakan dalam dunia pergaulan anak muda, khususnya remaja.
Salah satu bahasa yang sering digunakan itu adalah bahasa "alay". Pemakaian bahasa ini bisa dijumpai dalam bentuk tulisan, karena dalam bentuk tulisanlah kita dapat melihat perbedaan bahasaalay ini dari bahasa sehari-hari yang sudah digunakan orang pada umumnya.
Kemunculan bahasa ini dalam beberapa tahun terakhir sepertinya cukup fenomenal. Banyak sekali remaja mempraktikkannya dalam berbagai sarana komunikasi yang menggunakan tulisan, misalnya dalam mengirim layanan pesan singkat (SMS) di telepon seluler, chatting di dunia maya, update statusataupun komentar di akun Facebook, juga dalam messenger antarpengguna ponsel.
Sebenarnya, apa itu bahasa alay?
Dalam keterangan yang didapat dari berbagai sumber disebutkan bahwa alay merupakan akronim dari "anak layangan". Tidak begitu jelas maksud atau arti layangan di sini. Namun, karena perilaku layangan yang ketika dimainkan harus ditarik dan diulur, kemudian dijadikan perumpamaan kepribadian remaja yang masih labil. Artinya, bisa berubah-ubah karena ada tarikan dari sana-sini sesuai dengan pengaruh di sekitarnya.
Kemunculan bahasa alay dalam beberapa tahun belakangan ini bisa dirasakan kehadirannya di kalangan remaja, khususnya di Jakarta. Berikut ini contoh perubahan penulisan huruf ataupun kata dalam bahasa alay:
- kamu: kamuwh, kamyu, qamu
- aku: akyu, aq, aquwh
- maaf: mu'uph, maav
- sorry: cowyie, cory
- lagi: agi, agy, age, lageeh, lg
- makan: mums, mu'umhs
- lucu: lutchuw, luthu, lutu/luttu
- siapa: ciappa, siappva
Dari beberapa contoh di atas bisa dilihat bahwa tidak ada pola pembentukan kata yang jelas, yang bisa diterapkan untuk kata-kata lainnya. Belum lagi, penulisannya dalam suatu kalimat divariasi dengan angka untuk menggantikan huruf vokal dan penggunaan huruf besar ataupun huruf kecil di bagian tengah suatu kata, sehingga mungkin akan membuat Anda bertambah bingung membacanya. Contohnya sebagai berikut:
- Hi… qMu gi dm4na? w d4h gAg s4bar p3nGen keT3mU (Hai...kamu lagi di mana? Wah, sudah enggak sabar pengin ketemu)
- gMn4 rS4Na j4D1 k4Te m1DdL3tON yUa...(Bagaimana rasanya jadi Kate Middleton ya)
- wUiih teLAt b4NguN... uNtUNg g t3L4T (Wuiih, telat bangun... untung enggak telat)
- my h4RdeSt dAy n we3K...(My hardest day and week/Hari dan minggu yang berat)
- wiSh I c4n pAss tHeM aS sOon aS pOsSibL3 (Wish I can pass them as soon as possible/Saya berharap bisa melewatinya sesegera mungkin)
- Hbd y... w1sH U all the b3sT n God bl3ss U (Happy birthday.. wish you all the best and god bless you/Selamat ulang tahun, berharap yang terbaik dan semoga Tuhan memberkati dirimu)
Dari beberapa contoh kalimat di atas semakin terlihat bahwa tidak ada pola baku bisa diterapkan dalam penulisan bahasa alay. Bahkan, penulisannya pun bisa dalam bahasa asing, misalnya bahasa Inggris atau dicampur kedua-duanya.
Semua huruf ataupun kata yang ditulis bisa berubah-ubah, baik itu huruf besar maupun huruf kecil. Menulis kata bisa juga dengan rangkaian angka atau huruf atau mencampurnya. Terserah, pokoknyasuka-suka gue aja! Begitulah kira-kira istilah gaulnya.
Merusak kaidah
Bagi sebagian orang, kemunculan bahasa alay ini bisa diterima sebagai perkembangan dunia remaja saat ini, terutama dalam berbahasa. Bisa jadi, karena para remaja ingin mengekspresikan dirinya dalam bentuk berbeda dari dunia orang dewasa, atau mungkin juga karena kreativitasnya, muncullah bahasa ini.
Namun, ada pula yang tidak bisa mafhum akan keberadaan bahasa ini. Bahasa alay dianggap telah merusak kaidah bahasa yang selama ini sudah biasa digunakan. Sebab, acap kali penggunaan bahasa itu tidak pada tempatnya.
Boleh saja bahasa alay digunakan dalam pergaulan sesama remaja, tetapi kadang mereka juga menggunakannya dalam berkomunikasi dengan orang lain, baik itu kepada anak kecil maupun orang dewasa, umpamanya orangtua dan guru. Mungkin, para remaja itu lupa bahwa mereka perlu belajar untuk menempatkan diri, termasuk dalam berkomunikasi dan berbahasa, dengan siapa mereka berhadapan.
Bahkan, yang lebih parah lagi, ada juga yang menggunakannya dalam surat lamaran kerja. Entah itu dengan maksud serius atau hanya bercanda, yang jelas penggunaan bahasa tersebut tidak pada tempatnya.
Tentu saja, hal ini tidak bisa diperkenankan karena penggunaan bahasa tulisan yang baik adalah hal yang mutlak dalam konteks tulisan formal, termasuk surat lamaran kerja. Maka dari itu, siapa pun yang mau menggunakan bahasa alay seharusnya bisa memahami ruang lingkup penggunaannya. Bagaimana dengan Anda? Berminat juga menggunakan b4HaS4 4L4y?
Penulis adalah Penyelaras Bahasa Kompas.com

Rabu, 21 Desember 2011

AKHIR CINTA DI DUNIA MAYA

Jodoh ditangan TUHAN, tapi kita sebagai manusia wajib berusaha. Salah satunya melalui dunia maya. Namun hayalan-hayalan di dunia maya kadang kala tak sesuai dengan kenyataan. Ada yang berakhir kecewa ada pula yang bahagia. Tulisan ini terinspirasi dari kisah 3 sahabatku, yang kebetulan menjalin cinta melalui dunia maya.

Akhir dari cinta yang terjalin di dunia maya diantaranya akan terjadi seperti ini:

1PERTEMUAN UNTUK PERNIKAHAN
Kita ucapkan selamat untuk pasangan ini karna telah  melewati liku-liku perjalanan cinta di dunia maya.
Mereka telah mampu mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Bersatu  bukan hanya di dunia maya tapi berlanjut
di dunia nyata menuju jenjang yang lebih lanjut yaitu PERNIKAHAN.
Semoga mampu mempertahankannya sampai kakek nenek dan hanya maut yang dapat
memisahkan mereka berdua. Amiiiiin.

2. PERTEMUAN UNTUK PERPISAHAN
Namanya juga ketemu di dunia maya, yang kadang kala penuh dengan kepalsuan.
Kondisi yang ada di dunia maya tak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Kecewa??? bisa saja hatinya berubah setelah melihat kenyataan yang ada.
Daripada menikah dengan orang yang tidak diinginkan, ada sebagian orang yang memilih bubar barisan.
Dan mengakhiri pertemuan dengan perpisahan, atau mungkin hanya berteman.
So, jangan langsung percaya dengan si maya. Lebih baik hati-hati dengan siapapun yang kita kenal
apalagi untuk menentukan pilihan sebagai pendamping hidup.
Karena Tak semua orang itu baik seperti saya (haha muntah)

3. PERPISAHAN TANPA PERTEMUAN 
Menyedihkan dan menyakitkan sekali kayaknya. Ketemu saja belum tapi sudah patah hati Hikz,,,,,  
Walau hanya cinta maya.... Airmata, sakit hati, dan kecewa itu pasti ada.
Karena bagi sebagian orang menganggap dunia maya adalah dunia nyata keduanya (termasuk saya).
Namun cobalah tuk berfikir dewasa. Mungkin Allah memberikan orang yang salah dulu kepada kita
sebelum kita  menemukan orang yang benar-benar terbaik untuk kita. Tetaplah mencari....
Karena kebahagiaan ada untuk mereka yg tersakiti, mereka yang menangis, mereka yang mencari
dan mereka yang terus mencoba tidak ada kata TRAUMA (kata-katanya nyontek hikz)

4. PERTEMUAN UNTUK PERMAINAN 
Tanda tanya besar Tuink????? Maksudnya apa???? Di kasus yang ini mungkin pasangan sudah
punya gandengan kadang-kadang sudah menikah, tp menjalin hubungan maya cuma buat main-main saja.
Bahasa Kerennya SELINGKUH kali yach hehe. Mungkin mereka ada janji buat ketemu tapi setelah
ketemu good bye..... kembali ke habitatnya masing-masing atau tetap lanjut tapi dengan resiko
mengorbankan orang yang lebih lama bersamanya dan telah terikat oleh tali PERNIKAHAN.
Inilah yang sering terjadi saat  ini. Nauzubillah..... Semoga kita semua dijauhkan dari hal-hal seperti ini. Amiiiiin

Sekian celoteh saya tentang cinta di dunia maya. Semoga anda semua yang belum mendapat
pasangan segera dipertemukan dengan pasangan yang terbaik untuk anda.
Dan yang sudah punya pasangan semoga mampu mempertahankan sebuah hubungan sampai ajal
memisahkan. Amiiiiin
TETAP SEMANGAT YACH!!!


Kisah Cinta di DuMay

 Memberi tanpa diminta 
Diberi tanpa meminta 
Saling memberi dan menerima 
Tanpa ada yang memaksa dan dipaksa 
Inikah yang namanya cinta???

Begitulah kalau 2 insan sedang dimabuk cinta, seakan ingin memberikan apapun untuk orang yang dicintainya meskipun dia ga minta. 
Kalau ini terjadi di dunia nyata rasanya wajar-wajar saja. Tapi bagaimana kalau saling memberi dan menerima 
ini terjadi pada 2 sejoli yang kenal di dunia maya??? Jangankan memeluknya, bertatap muka saja belum pernah. 
Hanya sebatas layar 'cam' mereka berjumpa, saling menyapa lewat suara, atau bercanda mesra lewat kata. 
Yach.... hanya sebatas itu, tapi ada keinginan untuk membahagiakan sang pujaan lewat sebuah benda. 
Kadang kejutan itu datang tanpa sempat untuk menolaknya.
Seperti halnya sahabat saya yang kekasihnya di Korea. Ada teman kekasihnya yang main ke Hong Kong 
dan merasakan dinginnya negeri Hong Kong. Si teman pun kembali ke Korea dengan membawa kabar, 
"Hong kong uadem (sangat dingin) kasihan bojomu tiap malam susah tidur. Belikan ranjang penghangat lah biar bisa tidur nyenyak". 
Dan beberapa hari kemudian, seperangkat ranjang penghangat made in Korea hadir di rumah sahabat saya. 
Dia sempat kaget dan protes, tapi mau gimana??? Mengembalikan barangnya ke Korea??? ya eman-eman kata Sahabat saya. 
Tukar-tukaran barang sering mereka lakukan. dan alhamdulillah mereka sekarang sudah nikah dan dikaruniai bayi laki-laki yang lucu.

Saya juga pernah ketemu teman satu flat beli peyek, ikan asin, dll. Tadinya sich saya cuek, terus ketika teman saya beli kardus 
buat paket di kantor pos. Baru saya tanya "mau paket kemana mbak??". Lagi-lagi ke Korea, katanya "bojoku (pacar maya) minta 
peyek ama ikan asin". Yaelah..... masak sampai segitunya, emangnya di Korea ga ada peyek apa???. 
Tapi teman yang ini bukan happy ending. Karena beberapa minggu setelah si cowok melihat keadaan si cewek langsung, 
tiba-tiba tak ada angin tak ada hujan si cowok memutuskan hubungan. Ada apa gerangan??? Entahlah..... itu privasi orang hehehe.

Ada lagi yang mengeluh HPnya rusak, dan beberapa hari kemudian pak pos datang ngantar HP buat dia. 
Saat dia harus sembunyi-sembunyi pakai komputer majikan, sang kekasih yang juga berada di Korea itupun mengirimkan 
seperangkat laptop Lenovo untuk dia. Untuk memudahkan komunikasi katanya. Mau nolak???? Mana sempat??? 
Keburu datang tuch paketan hehe. Daripada nolak dibilang ga sayang, ya sudahlah terima saja dengan tangan terbuka. 
Yang inipun bukan happy ending karena ada satu masalah.

Ada juga kisah cewek di Hong Kong yang menyedihkan . Demi sang arjuna yang berada di Indonesia, 
dia rela hutang bank untuk membelikan sepeda motor yang seharga 23 juta. Saya sempat kaget padahal 
ketemu aja belum tapi sudah berani melepas uang dari hutang bank. Setelah uang melayang ke Indonesia, 
baru terdengar kabar sang arjuna akan segera menikah dengan wanita lain. 
Anda bisa membayangkan bagaimana stressnya si cewek setelah mendengar kabar itu??? 
Mau minta kembali uangnya??? Mana punya??? Mau kabur, hutang bank belum terbayar. 
Mau bunuh diri tidak berani. Akhirnya.... Saya sendiri tidak tahu bagaimana kelanjutannya 
karena teman saya yang kenal dia sudah pulang Indonesia. hehehe

Kisah diatas hanya beberapa contoh saja, masih banyak lagi yang lainnya. 
Bahkan ada yang beberapa kali hubungan dengan cowok, kesemuanya memberi kenang-kenangan 
yang harganya tentu saja ga murah. Kalau sahabat saya bilang, ini buah dari kejujuran. 
Namanya juga dunia maya yang kata orang penuh kepalsuan. Sifat jujur membawa keberuntungan. 
Kurang lebih seperti itulah pendapat sahabat saya.

Tapi..... ada juga tuch yang niatnya menipu dan hanya iseng saja tapi bisa mendapat macam-macam 
(ya barang ya uang) dari cowok/ceweknya. Terus apa sich yang membuat mereka rela melakukan itu semua??? 
Apakah karena kegeniusan seseorang??? Ataukah karena rasa CINTA yang mengikat erat mereka berdua???. 
Dimana ada keinginan kuat untuk membahagiakan orang yang mereka cintai. Karena mereka jauh, 
akhirnya cinta dan perhatian itu dibuktikan melalui barang atau uang. Yach entahlah.....
mungkin hanya mereka saja yang tahu alasannya.

Kekuatan Cinta memang dasyat, mampu merubah seseorang dalam sekejap. 
Yang penting hati-hati kalau hanya kenal di dunia maya. Karena mereka yang jadi kekasih maya anda, 
belum tentu jadi jodoh anda (saya tidak termasuk). Bersikaplah sewajarnya jangan berlebihan. 
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Sering saya dengar si A ga jadi nikah sama si B 
dan buntut-buntutnya bilang "padahal wes habis duit ga karua-karuan". Nach lho.... jadi penyesalan khan??? 
karena yang diberi juga bisa bilang "Aku khan ga pernah minta, kamu sendiri yang memberi". 
Walah malah jadi saling menyalahkan. Semoga kisah-kisah diatas bisa menjadi pelajaran bagi para 
pecinta di dunia maya. Ga ada salahnya mencari jodoh di dunia maya (namanya juga usaha). 
Tapi inga' inga' ting..... HATI-HATI!!!